Jamaah haji maupun umrah yang berziarah ke Masjid Nabawi, Madinah, tentu akan menjumpai sebuah ruangan di dalam masjid itu yang di atas pintunya terpampang tulisan berbahasa Arab: ”Maktabah Masjid Nabawi”.
Apa yang menarik dari sana? Setiap habis shalat, banyak orang antre untuk memasuki ruangan itu. Ada apa gerangan? Kalau lihat makna tulisan di atas, pastilah itu sebuah perpustakaan. Ternyata benar. Itu ruangan perpustakaan yang menyimpan koleksi kitab, dan orang bisa meminjam untuk dibaca di situ.
Perpustakaan itu terdapat di Babul Umar (Pintu Umar) dan Babul Utsman. Ruangannya tak luas. Babul Umar yang terdiri atas dua lantai, luasnya masing-masing kurang lebih 10 x 12 meter. Pada lantai pertama terdapat koleksi kitab tauhid, tafsir Alquran, tajwid, qiraat, dan ilmu-ilmu Alquran. Pada lantai dua terdapat koleksi kitab hadis seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan Syarah Nawawi. Ruangan di Babul Utsman juga seluas di Babul Umar. Pada lantai pertama terdapat koleksi kitab sejarah Islam, sejarah Makkah, sejarah Madinah, dan buku-buku pelajaran bahasa Arab. Pada lantai dua terdapat koleksi kitab fikih, baik kitab-kitab fikih dari empat mazhab (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hambali), maupun kitab-kitab fikih dari mazhab-mazhab lain. Selain itu juga terdapat kitab-kitab ushul fikih, dan akhlak.
Pada lantai tiga dari Babul Utsman ini terdapat koleksi naskah kuno dalam tulisan tangan. Ruangan itulah yang paling banyak dipadati pengunjung. Di dalamnya tersimpan lembaran-lembaran tulisan ayat Alquran yang sudah berumur ratusan tahun. Ada yang jenis tulisannya masih sangat sederhana dengan kondisi kertas berwarna kecokelat-cokelatan termakan usia. Ambil contoh naskah bertuliskan ayat 104-108 Surat Hud yang ditulis pada abad ketiga Hijriah. Tulisan itu menggunakan jenis huruf (khat) Kufi. Sayangnya, tak diketahui siapa penulisnya.
Selain lembaran, ada juga tulisan Alquran lengkap satu mushaf (30 juz). Meski itu tulisan tangan, keindahannya tak tertandingi dengan mushaf hasil cetakan. Tulisannya rapi, dan yang menambah indah adalah dekorasi halamannya yang full color dilengkapi dengan tinta emas. Ini seperti yang ditulis oleh Hafiz Muhammad Ismail Hafsi. Mushaf bersampul cantik yang kurang lebih berukuran 15 x 22 cm itu ditulis pada tahun 1343 H.
Ada juga mushaf Alquran tulisan tangan, dengan dekorasi tinta emas pula, yang ditulis pada abad 12 H (abad 17 M) dengan jenis tulisan Naskhi yang sayangnya pula tidak diketahui siapa penulisnya.
Di samping mushaf Alquran, banyak juga naskah kitab hadis dan kitab-kitab lain karya para ulama salaf seperti naskah Shahih Bukhari yang ditulis oleh Ahmad Ibnu Hasan pada tahun 1259 H. Shahih Bukhari adalah kumpulan hadis shahih yang dikumpulkan oleh Imam Bukhari. Selain itu, ada juga naskah kitab Shahih Muslim yang juga tak diketahui siapa penulisnya dan tahun berapa naskah itu ditulis. Shahih Muslim merupakan kumpulan hadis shahih yang dikumpulkan oleh Imam Muslim.Selain naskah kuno, terdapat pula koleksi alat tulis yang digunakan pada zaman dahulu. Ambil contoh alat tulis yang terbuat dari bambu dan bulu itik, tempat tinta, dan bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat tinta.
Perpustakaan Masjid Nabawi didirikan pada pertengahan abad ke-14 H. Pembangunannya dipimpin oleh Sayid Ahmad Yasin Al-Khiyari (wafat 1380 H). Kemudian pada tahun 1399 H, perpustakaan ini dipindah ke sisi utara Masjid Nabawi di samping Babul Umar. Dalam proyek perluasan masjid, perpustakaan juga mengalami perluasan dan tempatnya berpindah ke bagian tengah masjid. Koleksi kitabnya pun bertambah hingga mencapai 60 ribu judul buku. Perpustakaan Masjid Nabawi dibuka setiap hari, dari pukul 7.30 hingga 21.00.
Selain di Babul Umar dan Babul Utsman, di tempat jamaah putri juga terdapat perpustakaan khusus untuk wanita. Ruangnya berada di dekat pintu No 24. Sebagaimana diketahui, di Masjid Nabawi, ada pemisahan tempat antara jamaah pria dan jamaah wanita.
Perpustakaan Audio
Yang menarik, di Masjid Nabawi juga terdapat ”Maktabah Shauthiyah”, yang bisa kita terjemahkan sebagai perpustakaan audio. Di sinilah, jamaah bisa merekam bacaan Alquran, khutbah Jumat, khotbah Idul Fitri, khutbah Idul Adha, baik oleh imam Masjidil Haram, Makkah, maupun oleh imam Masjid Nabawi di Madinah.
Kita cukup membawa keping CD yang masih kosong dan menyerahkannya kepada petugas perpustakaan. Proses perekaman tak langsung jadi. Biasanya kita diminta balik lagi ke perpustakaan dua hari untuk mengambil hasil rekaman. Untuk setiap naskah khutbah, kita menyerahkan satu keping CD. Begitu pula untuk bacaan Alquran 30 juz, cukup menyerahkan satu keping CD. Tak mahal, hanya satu riyal per keping CD.
Selain Perpustakaan Masjid Nabawi, juga ada Perpustaan Malik Abdul Aziz, yang letaknya tak jauh dari Masjid Nabawi. Itu perpustakaan terbesar yang dikelola Kementrian Islam-Wakaf-Dakwah dan Penyuluhan. Keberadaannya sangat penting, karena menjadi pusat penyimpanan manuskrip dan pusat riset ilmiah.
Perpustakaan tersebut didirikan pada 3 Muharam 1393 H atau 7 September 1973. Raja Faishal Ibnu Abdul Aziz yang meletakkan batu pertamanya. Letaknya di Jalan Manakhah berhadapan dengan halaman samping kiri Masjid Nabawi. Di dalamnya terdapat mushaf Alquran kuno sekitar tahun 488 H dan 549 H, serta lebih dari 13 ribu manuskrip yang masih otentik (asli). Manuskrip-manuskrip tersebut dijilid rapi. Mereka yang ingin memanfaatkannya sangat dimudahkan oleh sistem alfabetis yang ada.
Selain itu, perpustakaan ini juga menyimpan kitab-kitab yang tergolong langka dalam ruangan tersendiri. Jumlahnya mencapai 25 ribu eksemplar. Sedangkan kitab-kitab yang tergolong baru dan kontemporer jumlahnya sekitar 40 ribu eksemplar, yang memenuhi seluruh ruangan tingkat dua.
Kamis, 13 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar